Ponorogo --Tak hanya sebagai lumbung padi nasional, saat ini Jawa Timur juga menjadi salah satu daerah yang tolok ukur pertania...
Ponorogo --Tak hanya sebagai lumbung padi nasional, saat ini Jawa Timur juga menjadi salah satu daerah yang tolok ukur pertanian di Indonesia.
“Jawa Timur ini salah satu provinsi yang menjadi barometer pertanian Indonesia. Luas bagus sawahnya juga tertinggi di antara provinsi-provinsi lainnya, mencapai 1,2 juta hektar yang berkontribusi tertinggi terhadap produksi beras nasional,” kata Kepala BSIP Jawa Timur Dr. Atekan dalam sambutannya saat panen raya padi di Desa Pondok, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo, Selasa (7/5/2024).
Dikarenakaan kondisi tersebut, maka Atekan menilai wajar kalau setiap kegiatan pertanian apapun di Jawa Timur selalu menjadi sorotan. Untuk itu ia mengimbau, agar setiap kabupaten terus bisa memberikan dorongan yang menginisiasi untuk dapat mendukung.
Lanjut, diungkapnya, dari data yang ada luas sawah di Kabupaten Ponorogo hampir 35 ribu hektar. Sawah irigasinya sekitar 15 ribu hektar, sisanya adalah sawah tadah hujan. Dihadapkan dengan masih luasnya sawah tadah hujan, ia menilai, permasalahan utama pertanian padi di Ponorogo adalah air.
Guna mengatasi kondisi itu, sebutnya, pemerintah lewat Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan pompa supaya bisa dimanfaatkan untuk menarik air dari sumber-sumber air guna mengairi lahan persawahan, khususnya sawah tadah hujan.
Sejalan dengan upaya peningkatan produktivitas pertanian dan untuk mencegah terjadinya krisis pangan pada musim kemarau, Danrem pun menegaskan telah memerintahkan anggotanya untuk terjun membantu para petani agar musim tanam kedua dapat tepat waktu.
“Menghadapi musim kemarau akibat adanya El Nino, bersama Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah, kami kerahkan seluruh anggota, khususnya para Babinsa untuk fokus ke sawah, supaya musim tanam yang kedua ini nanti tidak melebihi bulan Mei,” ujar Danrem.
“Kalau sampai melebihi, dikhawatirkan akan kekurangan air dan sinar matahari yang semakin panas mengakibatkan produktivitas hasil panen berkurang,” tambahnya.
Tak lupa, Danrem pun mengajak semua pihak untuk bekerja sama supaya kekhawatiran terhadap terjadinya darurat pangan nasional tidak akan terjadi, khususnya di wilayah Ponorogo.
Sementara itu, guna mengatasi kesulitan air pada lahan tadah hujan, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan telah membuat program khusus yang diberi nama Sumur Dalam.
“Kami punya program yang namanya Sumur Dalam jumlahnya 250 dalam APBD 2021-2026, hari ini sudah terpenuhi kira-kira 190,” bebernya.
Sugiri menegaskan, upaya yang dilakukan itu bertujuan untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) di Ponorogo.
“APBD menyiapkan itu semua dalam rangka mewujudkan mimpi besar kita agar IP menjadi lebih banyak lagi,” sebutnya.
COMMENTS